BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Berbagai bagian atau organ tumbuhan
dapat mengalami absisi (keguguran). Misalnya daun, cabang atau ranting, daun
mahkota bunga, bunga dan buah. Proses absisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari
dalam amupun ari luar. Faktor dari dalam adalah pengeruh hormon, yaitu
kerjasama antara hormon auksin dan hormon etilen. Hormon etilen ini memiliki
kecenderungan untuk mempercepat terjadinya pematangn sel sehingga mempercepat
terjadinya absisi daun. Sedangkan hormon auksin memilik kecenderungan
menghambat etilen dan juga dapat memicu paningkatan etilen. Pembentukan daerah
absisi itu di pengaruhi oleh aliran auksin dari helaian daun ke batang. Auksin
di dalam suatu tanaman berpengaruh pada terbentunya daerah absisi tidak
Kenyataannya bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi memungkinkan
dilakukannya tindakan–tindakan untuk mengontrol gugur daun, bunga, dan
buah.
Absisi
adalah suatu proses yang terjadi secara alami yaitu pemisahan bagian atau organ
tanaman, seperti daun, bunga, buah atau batang. Menurut Addicot (1964) maka
dalam proses absisi ini factor alami seperti panas, dingin, kekeringan akan
berpengaruh terhadap absisi. Proses penurunan kondisi
yang menyertai pertambahan umur yang mengarah kepada kematian organ
atau organisme disebut penuaan (senensensi). Gugurnya daun dipacu juga oleh
faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan suhu
yang rendah. Rangsangan dari factor lingkungan ini menyebabkan perubahan
keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap
mempertahankan proses metabolism daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun,
jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel
yang mulai menghasilkan etilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya
etilen merangsang lapisan absisi terpisah dengan memacu sintesis enzim
yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.
Berdasarkan
paparan uraian di atas, maka penulis melakukan percobaan untuk mengetahui
pengaruh hormon AIA terhadan absisis daun pada tanaman Coleus sp..
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
pengaruh AIA (hormone auksin) terhadap proses absisi pada daun pada
tanaman Coleus sp.?
C.
TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah, tujuan dari percobaan sebagai
berikut:
1.
Mendeskripsikan pengaruh AIA (hormone auksin) terhadap proses absisi
pada daun pada tanaman Coleus sp..
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Coleus
sp.
Coleus sp. merupakan keluarga
Lamiaceae, Lamiales Order, Kelas Magnoliopsida, Divisi Magnoliophyta, Kerajaan
Plantae. Coleus (Solenostemon) adalah genus tanaman abadi, asli ke Afrika dan
Asia tropis. Tumbuhan ini termasuk herba, semak, pohon ini sering berbentuk
batang yang berbentuk segi empat. Daun yang dimiliki berhadapan, tunggal,
kadang-kadang bercagak, atau majemuk menjari. Pinggir daun rata
(integer). Tumbuhan ini biasanya ditemukan sampai pada ketinggian 1.550 meter
di atas permukaan laut. Anggota famili ini mempunyai banyak manfaat secara
ekonomi seperti sebagai penghasil minyak atau digunakan sebagai bumbu, dan
sebagai tanaman hias seperti plectranthus atau coleus.( Sallisbury dan
Ross. 1995)
B.
Pengertian Absisi
Absisi adalah suatu proses yang
terjadi secara alami yaitu pemisahan bagian atau organ tanaman, seperti daun,
bunga, buah atau batang. Menurut Addicot (1964) maka dalam proses absisi ini
factor alami seperti panas, dingin, kekeringan akan berpengaruh terhadap
absisi. Proses penurunan kondisi yang menyertai
pertambahan umur yang mengarah kepada kematian organ atau organisme disebut
penuaan (senensensi). Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan,
termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan suhu yang rendah.
Rangsangan dari factor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara
etilen dan auksin.
C.
Peranan Hormon dalam Absisi Daun
Mengenai hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin, Addicot Etall
(1955) mengemukakan bahwa absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang ada di daerah proksimal sama atau lebih dari
jumlah auksin yang terdapat didaerah distal. Tetapi apabila junlah
auksin berada di daerah distal lebih besar daridaerah proksimal maka tidak akan
terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi ini akan terlambat. Teori lain
(Biggs dan Leopld 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin terhadap absisi
ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yang tinggi
akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan konsentrasi rendah
akan mempercepat terjadinya absisi. Teori terakhir ditentukan oleh Robinstein
dan Leopold (1964) yang menerangkan bahwa respon absisi pada daun terhadap
auksin dapat dibagi ke dalam dua fase jika perlakuan auksin diberikan setelah
auksin terlepas. Fase pertama, auksin akan menghambat absisi dan fase kedua
auksin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi.
Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman.
Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti,
pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan
mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada
pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas
lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan
dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui
pertumbuhan lateralnya (Paponov, dkk, 2008).
Auksin berperan dalam penghambatan tunas lateral dan menunjang dominansi
apikal, sehingga tanaman menjadi tumbuh dengan cepat ke atas. Salah satu
anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. IAA berpengaruh terhadap
pertumbuhan tunas lateral. Oleh karena itu untuk meneliti pengaruh IAA,
dilakukan percobaan mengenai penghambatan tunas lateral dan dominansi apical
dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus) dengan beberapa perlakuan. Percobaan ini bertujuan untuk meneliti
pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.
Auksin bukan hanya terbentuk pada pucuk yang sedang tumbuh tetapi juga
pada daerah lain termasuk beberapa yang terlibat pada tahap reproduksi,
misalnya serbuk sari, buah, dan biji.
Salah satu gejala yang terkenal yang diperantarai, setidak-tidaknya
sebagian oleh auksin ialah dormansi ujung.
Akar lateral seperti halnya kuncup lateral juga dipengaruhi oleh auksin
dan pemakaian zat-zat ini dariluar sangat mendorong pembentukan akar
lateral. Penggunaan praktis yang sangat
penting gejala ini adalah dalam menggalakkan pembentukan akar pada perbanyakan
tanaman dengan setek. Salah satu hasil
utama penyerbukan bunga adalah peningkatan kandungan auksin dalam bakal
buah. Pemberian auksin sintetik telah
lama dikenal untuk mendorong proses yang sama tanpa penyerbukan dan
menghasilkan buah tanpa biji (Loveless, 1991).
Pengaruh auksin terhadap berbagai aspek perkembangan tumbuhan (Heddy,
1989), yaitu:
a.
Pemanjangan sel
IAA atau auksin
lain merangsang pemanjangan sel, dan juga akan berakibat pada pemanjangan
koleoptil dan batang. Distribusi IAA
yang tidak merata dalam batang dan akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak
sama disertai dengan pembengkokan organ.
Sel-sel meristem dalam kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat
pengaruh IAA. Auksin pada umumnya
menghambat pemanjangan sel-sel jaringan akar.
b.
Tunas ketiak
IAA yang dibentuk pada meristem
apikal dan ditranspor ke bawah menghambat perkembangan tunas ketiak
(lateral). Jika meristem apikal
dipotong, tunas lateral akan berkembang.
c.
Absisi daun
Daun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada
daerah absisi mengalami perubahan kimia dan fisik. Proses absisi dikontrol oleh konsentrasi IAA
dalam sel-sel sekitar atau pada daerah absisi.
d.
Aktivitas cambium
Auksin merangsang pembelahan sel dalam daerah kambium.
e.
Tumbuh akar
Dalam akar, pengaruh IAA biasanya mengahambat
pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah.
Di dalam jaringan yang tumbuh aktif terdapat dua macam
auksin, yaitu auksin bebas yang dapat berdifusi, dan auksin terikat yang tak
dapat berdifusi. Dengan pelarut seperti
eter dapat dipisahkan kedua macam auksin tersebut. Auksin yang terikat merupakan pusat dari
kegiatan hormon di dalam sel, sedangkan auksin bebas adalah kelebihan di dalam
keseimbangannya. Maka auksin yang
terikat adalah zat yang aktif di dalam proses pertumbuhan (Kusumo, 1984).
Hasil penelitian terhadap metabolisme auksin
menunjukkan bahwa konsentrasi auksin di dalam tanaman berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA (Abidin, 1983) adalah :
a. Sintesis
auksin.
b. Pemecahan auksin.
c. Inaktifnya IAA
sebagai akibat proses pemecahan molekul.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya
daun lebih banyak diketahui daripada peranannya dalam hal perubahan
warna daun yang rontok dan pengeringan daun. Pada
saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang.
Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang
merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil dengan
dinding sel yang tipis dan lemah. Setelah daun rontok, daerah absis imembentuk
parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati menutupi parut untuk membantu
melindungi tumbuhan terhadap patogen.
Gugurnya daun dipacu juga oleh
faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan suhu
yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan
keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap
mempertahankan proses metabolisme daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun
jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel
yang mulai menghasilkan etilen akan mendorong
pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapisan absisi yang
terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada
lapisan absisi.
Proses pencernaan dinding, yang
disertai dengan tekanan akibat pertumbuhan yang tidak
imbang antara sel proksimal yang membesar dan sel distal yang menua di
zona absisi, mengakibatkan pematahan. Selama konsentrasi auksin yang lebih
tinggi dipertahankan di helai daun, pengguguran dapat ditunda namun penuaan
menyebabkan penurunan tingkat auksin pada organ tersebut dan konsentrasi etilen
mulai meningkat. Etilen, zat pemacu pengguguran yang terkuat dan tersebar luas
diberbagai organ tumbuhan dan pada banyak spesies tumbuhan menyebabkan
pembesaran sel dan menginduksi sintesis serta sekresi hidrolase pengurai
dinding sel. Ini akibat efeknya pada transkripsi, sebab jumlah molekul mRNA
yang menjadikan hidrolase (paling tidak selulase) meningkatkan sekali setelah
diberi perlakuan etilen.
Di dalam jaringan yang tumbuh aktif
terdapat dua macam auksin, yaitu auksin bebas yang dapat berdifusi, dan auksin
terikat yang tak dapat berdifusi. Dengan
pelarut seperti eter dapat dipisahkan kedua macam auksin tersebut. Auksin yang terikat merupakan pusat dari
kegiatan hormon di dalam sel, sedangkan auksin bebas adalah kelebihan di dalam
keseimbangannya. Maka auksin yang
terikat adalah zat yang aktif di dalam proses pertumbuhan (Kusumo, 1984).
Zat tumbuh atau hormon adalah zat
kimia yang dibuat dalam suatu bagian tanaman tertentu, tetapi mempengaruhi
bagian lain dari tanaman tersebut (Darmawan, 1983). Sedangkan menurut Salisbury dan Ross (1995),
hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian
tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat
rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis.
Respon pada organ sasaran tidak
perlu bersifat memacu, karena proses seperti pertumbuhan dan diferensiasi kadang
malahan terhambat oleh hormon. Karena
hormon harus disintesis oleh tumbuhan, maka ion anorganik seperti K+ atau Ca2+,
yang dapat juga menimbulkan respon penting, dikatakan bukan hormon. Zat pengatur tumbuh organik yang disintesis
oleh ahli kimia organik atau yang disintesis organisme selain tumbuhan juga
bukan hormon. Batasan tersebut
menyatakan pula bahwa hormon harus dapat dipindahkan di dalam tubuh tumbuhan
(Salisbury dan Ross, 1995).
Hormon nabati yang paling dulu
dikenal dan paling banyak diteliti termasuk ke dalam kelompok auksin. Auksin adalah merupakan salah satu dari zat
pengatur tumbuh yang didefinisikan sebagai senyawa yang dicirikan oleh
kemampuannya dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel (cell elongation) pada
pucuk dengan struktur kimia dicirikan oleh adanya indole ring (Abidin, 1983).
Tunas apikal adalah tunas yang
tumbuh di pucuk (puncak) batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral
dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan
sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal
pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan
terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh
auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas
lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena
konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk apikal merupakan tempat memproduksi
auksin (Dahlia, 2001).
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
JENIS PENELITIAN :
Kegiatan
praktikum pengaruh
AIA (hormone auksin) terhadap proses absisi pada daun pada
tanaman Coleus sp. bersifat kegiatan eksperimen, karena
pada penelitian ini memiliki ciri-ciri eksperimen, yaitu terdapat variabel
kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon.
B. WAKTU
DAN TEMPAT
·
Waktu :
Senin, 20 April 2015. Pukul 15.00-16.00 WIB
·
Tempat :
Laboratorium Fisologi Biologi C10 FMIPA BIOLOGI UNESA
C.
VARIABEL
Variabel yang digunakan dalam melekukan percobaan ini antara lain :
·
Variabel manipulasi :
letak
pemotongan lamina (bagian atas dan bawah), bahan pengolesan bagian yang
terpotong (lanolin dan AIA dalam lanolin)
·
Variabel kontrol :
Jenis tumbuhan (Coleus sp.), media tanam,cahaya,dan waktu pemotongan
·
Variabel respon : kecepatan pengguguran daun
(absisi) pada tanaman Coleus sp.
D.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Tanaman Coleus
sp. 1 pot
2. Silet tajam 1
buah
3. Handphone 1
buat
4. Label 8
buah
b. Bahan
1.
Lanolin secukupnya
2.
AIA 1 ppm secukupnya
E.
PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memotong satu persatu lamina
paling bawah pada cabang 1.
3. Mengolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, dan yang 1 lainnya dengan 1 ppm AIA + lanolin.
4. Memberi tanda atau label agar tidak tertukar.
5. Memotong satu pasang lamina
yang terletak tepat diatas lamina yang paling bawah pada cabang 1.
6. Mengolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, dan yang 1 lainnya dengan 1 ppm AIA + lanolin.
7. Memberi tanda atau label agar tidak tertukar.
8. Mengulangi langkah 2-7 sebagai kontrol.
9.
Mengamati setiap hari dan
mencatat waktu gugurnya tangkai daun tersebut.
F.
RANCANGAN PERCOBAAN
![]() |


|
|
![]() |
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Tabel
Tabel 1. Pengaruh
lama AIA terhadap proses absisi daun pada tanaman Coleus sp.
Gugur
daun hari ke-
|
Cabang
1
|
Cabang
2
|
||
AIA
+ lanolin
|
Lanolin
|
AIA
+ lanolin
|
Lanolin
|
|
1
|
-
|
Ö
|
-
|
-
|
2
|
Ö
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
Ö
|
Ö
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2. Grafik

Grafik 1. Grafik pengaruh
AIA terhadap proses absisi daun pada Coleus sp.
B.
ANALISIS
Berdasarkan tabel hasil pengamatan di
atas, tanaman Coleus sp. Mengalami
absisi daun. Pada hari pertama, cabang 1 yang diolesi lanolin mengalami absisi
daun, daun tersebut terletak paling bawah. Pada hari kedua, dau yang diolesi
AIA+lanolin bagian bawah mengalami absisi. Pada hari ketiga di cabang 2
mengalami absisi daun sekaligus yaitu yang diolesi AIA+lanolin maupun lanolin.
Hal ini menunjukkan bahwa daun yang diolesi AIA+lanolin pengalami absisi daun
lebih lambat dibangdingkan yang hanya diolesi lanolin.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan
analisis di atas, maka tanaman Coleus sp. mengalami absisi daun dengan kecepatan waktu
yang berbeda. Tangkai daun yang diolesi lanolin lebih cepat mengalami absisi
daun dibandingkan yang diolesi AIA+lanolin. Hal ini dipengaruhi beberapa
faktor, salah satunya yaitu letak tangkai daun pada nodus terakhir mengandung
hormon auksin yang masih banyak.
Terjadinya absisi daun dipengaruhi oleh
bebrapa faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor yangmempengaruhi
absisi daun dari dalam adalah pengaruh konsentrasi hormon pada cabang. Hormon
yang bekerja sama dalam absisi daun adalah hormon auksin dan etilen. Batang
yang diolesi AIA dalam lanolin mengalami pengguguran daun lebih lambat dari
pada yang diolesi laolin saja karena AIA merupakan salah satu bentuk dari
hormon auksin. Hormon auksisn bersifat menghambat pengguguran daun, hal ini
dikarenakan hormon auksin bersifat mendorong pertumbuhan sel secara apikal.
Sedangkan pada batang yang tidak diolesi AIA absisi terjadi lebih cepat, karena
pada batang tersebut hanya terdapat etilen yang berfungsi mempercepat absisi
daun, sehingga tidak ada yang mengahmbat kerja etilen.
Pada tanaman yang batang bagian bawah
lebih cepat mengalami absisi daun
disebabkan pada bagian batang atas dikarenakan dominasi tem,pat terbentuknya
hormon auksin adalah pada bagian apikal. Jadi semakin tinggi letak bagian
tanaman konsentrasi hormon auksin akan semakin banyak. Dengan semakin tingginya
konsentrasi auksin makan akan semakin menghambat terjadinya absisi daun yang
dilakukan oleh hormon etilen. Bagian cabang yang diolesi dengan AIA dalam
lanolin paling lambat gugur karena pada bagian cabang yang sudah memiliki
kadungan auksin lebih banyak dari bagian bawah masih mendapat tambahan AIA dari
luar, sehingga cabang tersebut memiliki konsentrasi auksin paling banyak dari
batang lain. Hal tersebut menyebabkan semakin lambat pula terjadinya absisi
daun. (Loveless, 1991).
Auksin
diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan
buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh
tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh
akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim
(Rismunandar,1988).
Selain itu
karena tanaman ditanam dilingkungan yang tidak homogen maka tanaman
pertumbuhannya juga dipengaruhi oleh factor abiotik yaitu berupa cahaya
matahari ada sebagian tanaman yang terkena cahaya dan ada juga yang tidak. Yang
mendapatkan cahaya auksin yang bekerja menjadi terhambat namun struktur batang
menjadi kuat, sedangkan tanaman yang mendapatkan sedikit cahaya maka akan
mempercepat kerja auksin, namun batangnya lemah.
BAB V
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Dari percobaan pengaruh IAA terhadap proses absisi
daun/pengguguran daun,
maka dapat disimpulkan bahwa hormon auksin
(AIA) sangat berpengaruh terhadap absisi daun karena hormon auksin (AIA) menghambat proses absisi daun, sehingga proses
pengguran daun lebih lama.
Auksin mempengaruhi proses absisi. Jika kadar auksin
yang diberikan pada tanaman banyak, maka akan menyebabkan penghambatan
pembentukan daerah absisi karena sel alami pertumbuhan, sedangkan jika
pemberian auksin sedikit maka pembentukan daerah absisi akan lebih cepat.
B.
SARAN
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, hendaknya dalam melakukan percobaan absisi daun harus memperhatikan
kondisi tanaman, dan pelabelan yang benar agar tidak tertukar.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. (1985). Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat
Pengatur Tumbuh. Bandung: Aksara. 85 Hal
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
UM Press: Malang.
Darmawan dan Baharsjah, 1983, Pengantar Fisiologi
Tumbuhan, PT Gramedia. Jakarta.
Gardner,
Franklin, et al. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Susilo Herawati,trans).
Jakarta: UI Press.
Greulach,V.A and J.E. Adam, 1976, Plant and Introduction to
Modern Botany, Macmillan Publishing Co., Inc, New York.
Heddy dan Abidin, 1996, Biologi Edisi III, Erlangga, Jakarta.
Heddy, S. (1989). Hormon Tumbuh . Jakarta: CV.
Rajawali.
Lovelles, A. R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi
Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia.
Rachmadiarti.2007.Fotosintesis.Jakarta : Erlangga.
Rahayu, Yuni Sri; Yuliani dan Lukas S Budipramana. 2010. Petunjuk
Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fistum-Biologi-Unesa.
Sallisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan.
Bandung: ITB Press.
The Sands Casino • Casino & Hotel in Atlantic City
BalasHapusThe Sands Casino is in Atlantic City, New Jersey and is open daily 24 hours. 샌즈카지노 The casino's 16000 square foot gaming 인카지노 space features more than 2000 slots, febcasino